Gratis Joomla Template by FatCow Review

Toxoplasma Pada Kehamilan

Published on Saturday, 12 April 2014

Toxoplasma adalah mikroorganisme atau hewan yang sangat – sangat kecil sekali, tubuhnya hanya terdiri dari satu sel, ukurannya sekitar 3 – 5 mikron saja, tidak terlihat oleh mata. Toxoplasma dapat pindah atau menular dari hewan ke orang dan menimbulkan infeksi yang disebut Toxoplasmosis.

Bila yang tertular ibu hamil, dapat berbahaya karena Toxoplasma bisa masuk ke janin, manimbulkan kerusakan atau cacat pada otak, mata, hati atau darah dari janin tersebut, bahkan kematian janin atau keguguran. Jika yang tertular orang yang tidak hamil, maka gejala ringan saja dan tidak berbahaya, kecuali pada orang yang mempunyai gangguan kekebalan tubuh akibatnya dapat berbahaya.

Penularan Toxoplasma di Indonesia cukup tinggi, pada penelitian di Jakarta dan Lombok pada tahun 1991 – 1999 ditemukan Toxoplasma positif pada 14,4 % Ibu hamil, 67,8 % ibu hamil yang mengalami keguguran dan 40,2 % anak yang dilahirkan cacat. Dari data tersebut tampak ada hubungan erat antara Toxoplasma dengan keguguran ibu hamil dan anak yang lahir cacat.

 

Cara Penularan

Penularan Toxoplasma pada orang paling sering dari kucing, hewan lain seperti kambing, domba, sapi, anjing, babi, ayam, bebek dapat juga menularkan tapi jarang. Apakah semua kucing menjadi sumber penularan Toxoplasma? Tentu tidak, karena hanya sekitar 15 – 40 % saja kucing yang mengidap Toxoplasma , dari yang mengidap tersebut hanya 1 % yang kotorannya mengeluarkan kista Toxoplasma.

Kotoran kucing yang mengandung kista Toxoplasma bila mencemari air atau tanah, kemudian air atau tanah tersebut terpegang oleh tangan, menempel di buah atau sayur yang di makan, maka bisa menularkan Toxoplasma.

Selain itu kista Toxoplasma yang dikeluarkan bersama kotoran kucing bila tertelan oleh hewan lain seperti ayam, bebek, sapi, kambing, dll, maka hewan tersebut dapat terinfeksi Toxoplasma, dan akibatnya daging atau organ tubuh hewan tersebut akan mengandung kista Toxoplasma. Bila daging atau organ tubuh hewan tersebut dimakan tanpa dimasak dengan baik, maka kita akan tertular Toxoplasma.

 

Gejala dan Tanda Infeksi

Wanita hamil yang terkena infeksi Toxoplasma umumnya hanya menunjukkan gejala ringan dan tidak jelas, mirip flu,  kadang ada pembesaran kelenjar leher. Sedangkan janin yang terkena infeksi dalam kandungan, gejalanya kadang tidak ditemukan, kalau ditemukan dapat berupa pertumbuhan janin yang terhambat, kepala janin membesar (Hidrosefalus).

Pada bayi baru lahir (neonatus) yang terinfeksi dapat di temukan tanda-tanda kuning berlebihan, Juling, Tuli, Anemia, Pengapuran di otak, kepala membesar (hidrosefalus), Radang otak, Paru, Hati, Kebutaan, Diare dan tanda – tanda lain yang tidak spesifik.

Apakah setiap ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma janinnya pasti akan tertular? Ternyata tidak, tergantung juga pada usia kehamilan; pada usia kehamilan sebelum 3 bulan, hanya 1 – 7 % yang tertular; kehamilan 3 – 6 bulan, 10 - 27 % yang tertular dan kehamilan 6 – 9 bulan, sekitar 30 – 60 % yang tertular.

 

Pencegahan

1.      Hindari kontak dengan kotoran kucing atau tanah yang tercemar kotoran kucing

2.      Jangan menyentuh mata dan mulut saat mengolah daging mentah, pisau dan peralatan dapur bekas mengolah daging, harus dicuci sabun yang bersih.

3.      Jangan makan daging mentah atau setengah matang, jangan minum susu segar sebelum dimasak

4.      Sayuran dan buah harus dikupas atau di cuci bersih sebelum dimakan

5.      Bila membersihkan kebun, gunakan sarung tangan atau selalu mencuci tangan dengan sabun yang bersih sesudahnya

6.      Bila memelihara kucing, jangan diberikan daging mentah, usahakan kucing yang dipelihara selalu berada dalam rumah, agar tidak makan makanan kotor yang ada di luar rumah.

7.      Makanan harus ditutup agar tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang telah hinggap dikotoran kucing.

 

 

 

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosa Toxoplasmosis umumnya dilakukan dengan pemeriksaan antibodi Toxoplasma dalam darah yang timbul akibat infeksi Toxoplasma. Cara ini relatif lebih mudah dan lebih cepat, dibandingkan mencari Toxoplasma dalam cairan atau jaringan tubuh.

Antibodi Toxoplasma yang umum diperiksa adalah Anti Toxoplasma IgG, Anti Toxoplasma IgM, dan Anti Toxoplasma IgG Aviditas.

 

Anti Toxoplasma IgM terbentuk pada awal infeksi, biasanya hanya bertahan 1 – 2 bulan saja, setelah itu hilang, tetapi kadang juga bisa menetap 1 sampai 2 tahun, bila positif berarti baru atau sedang infeksi dan perlu pengobatan. Anti Toxoplasma IgG terbentuk setelah IgM, biasanya 2 – 3 minggu setelah infeksi, dapat bertahan lama sampai bertahun – tahun, bila hasil pemeriksaan positif berarti pernah infeksi, infeksinya bisa masih baru atau bisa juga sudah lama. Anti Toxoplasma IgG Aviditas merupakan pemeriksaan tambahan untuk menentukan Anti Toxoplasma IgG yang positif tersebut masih baru atau sudah lama terbentuk, bila Aviditas rendah ( < 0, 200 ) berarti infeksi masih baru dan perlu pengobatan, bila Aviditas tinggi ( > 0, 300 ) berarti infeksi lama dan tidak perlu pengobatan, bila Aviditas diantara 0, 200 sampai 0, 300 berarti lama infeksi belum dapat ditentukan, perlu pemeriksaan ulang 2 – 3 minggu lagi.

 

Menilai Hasil Pemeriksaan Laboratorium Toxoplasma:

 

IgG

IgM

Penilaian Hasil

-

-

Berarti belum atau tidak terinfeksi Toxoplasma

-

+

Berarti baru terinfeksi, perlu pengobatan

+

+

Berarti baru atau sedang terinfeksi, perlu pengobatan

+

-

Berarti infeksi sudah lama, tidak perlu pengobatan

 

 

 

 

 

Pengobatan

Pengobatan Toxoplasma hanya diberikan pada wanita hamil, wanita yang berencana hamil dan pada orang dengan tanda infeksi berat, selain itu pengobatan tidak diperlukan. Pengobatan pada wanita hamil bermanfaat untuk mencegah atau mengurangi cacat pada janin, sedangkan pengobatan sebelum hamil tentu bermanfaat untuk mencegah infeksi janin pada saat kehamilan.

Banyak obat yang bisa digunakan untuk Toxoplasmosis antara lain Spiramisin, Klindamisin, Raksitromisin, Klaritromisin, atau Kombinasi Pirimetamin + Sulfonamid. Dalam menentukan pengobatan, memilih jenis obat, harus konsultasi dengan dokter.

Hits: 11909